Pesona Mercy Kuno di Indonesia, Lebih dari Sekadar Kendaraan

Novan Yosnino

2 Juni 2025

6
Min Read

Mercedes-Benz, atau yang akrab disapa Mercy, telah lama menjadi ikon kemewahan dan keandalan di Indonesia. Namun, daya tariknya tidak hanya terbatas pada model-model terbaru. Mobil Mercy klasik, atau yang sering disebut "Mercy kuno", memiliki pesona tersendiri bagi para penggemar otomotif di Tanah Air. Lebih dari sekadar kendaraan, Mercy kuno menjadi simbol sejarah, seni, dan dedikasi untuk melestarikan warisan otomotif.

Sejarah Panjang Mercy di Indonesia

Kehadiran Mercy di Indonesia telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan model-model klasik seperti W108, W114, W115, dan W123 menjadi bagian dari lanskap otomotif Indonesia. Mobil-mobil ini tidak hanya menawarkan kenyamanan dan performa pada masanya, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan sosial dan ekonomi Indonesia.

Mercy 170 V Convertible (1935)

Salah satu contoh Mercy kuno yang menakjubkan di Indonesia adalah Mercedes-Benz 170 V Convertible lansiran tahun 1935. Mobil berusia 84 tahun ini pernah mejeng di gelaran Concours d’Elegance. Dengan kelir biru, lampu membulat, dan lekukan bodi klasik gaya dua pintu, mobil ini tetap terlihat memukau. Didesain oleh Karl Benz, Mercedes-Benz 170 V merupakan representasi mobil mewah pada masanya.

Mercedes-Benz W120 Ponton (1953-1962)

Mercedes-Benz W120 Ponton adalah model klasik lainnya yang menarik perhatian. Diproduksi antara tahun 1953 dan 1962, mobil ini memiliki desain yang khas dan menjadi simbol kemewahan pada masanya.

Mercy "Kebo" dan "Mercy Mini" (1970-an)

Pada era 1970-an, Mercy "Kebo" (W108) dan "Mercy Mini" (W114/W115) menjadi populer di Indonesia. Mercy Kebo, dengan bodinya yang bongsor, menjadi simbol status bagi para pemiliknya. Sementara itu, Mercy Mini, dengan desain yang lebih ringkas, menawarkan kombinasi antara kenyamanan dan kepraktisan.

Komunitas dan Pelestarian

Pesona Mercy kuno di Indonesia tidak lepas dari peran komunitas penggemar dan pelestari. Mercedes-Benz Classic Club Indonesia (MCCI) adalah salah satu contoh komunitas yang aktif dalam melestarikan warisan Mercy klasik.

Mercedes-Benz Classic Club Indonesia (MCCI)

MCCI didirikan pada 27 Agustus 1999 oleh para pecinta mobil klasik di Indonesia. Klub ini memiliki misi untuk melestarikan ragam mobil klasik Mercedes-Benz lansiran tahun 1976 ke bawah. MCCI juga merupakan klub Mercy pertama yang terdaftar di Mercedes-Benz Classic Club International GmbH, Jerman.

Motto MCCI adalah "classic is not diecast only". Klub ini berusaha menjaga orisinalitas Mercy klasik agar tetap berfungsi seperti aslinya. MCCI juga bertujuan untuk menyatukan, membina, dan menyalurkan bakat para pemilik serta penggemar Mercedes-Benz Classic, serta mengembangkan kegiatan sosial.

MCCI memiliki dua kegiatan rutin, yaitu SOTR (Sunday/Saturday/Sahur On The Road), yaitu kopi darat bulanan bersama anggota. Selain itu, MCCI juga menggelar touring ke berbagai pelosok nusantara, yang tidak hanya menjadi ajang jalan-jalan, tetapi juga memiliki sisi edukasi yang meliputi aspek seni, budaya, sejarah, sosial, dan lingkungan hidup.

Touring dan Ketangguhan Mercy Klasik

MCCI secara rutin mengadakan touring lintas provinsi untuk membuktikan ketangguhan Mercy klasik. Sembilan mobil Mercedes yang diproduksi dalam rentang tahun 1970-1975 pernah digunakan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta-Salatiga-Yogyakarta-Jakarta.

Touring ini membuktikan bahwa mobil klasik yang telah berusia uzur tidak harus selalu identik dengan mogok dan menyusahkan penggunanya. Dengan perawatan yang tepat, mobil yang telah berusia hampir setengah abad pun masih bisa digunakan untuk menempuh perjalanan panjang dengan medan beragam secara nyaman.

Dalam touring, para anggota MCCI tidak hanya menguji ketangguhan mobil mereka, tetapi juga menjalin silaturahmi dan saling membantu jika ada kendala di jalan. Semangat solidaritas ini menjadi salah satu ciri khas komunitas Mercy klasik di Indonesia.

Tantangan dan Solusi

Melestarikan Mercy kuno di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan, terutama dalam hal perawatan dan ketersediaan suku cadang.

Perawatan dan Suku Cadang

Mobil klasik membutuhkan perawatan yang lebih intensif dibandingkan mobil modern. Suku cadang yang orisinal juga semakin sulit ditemukan, sehingga para pemilik Mercy kuno harus kreatif dalam mencari alternatif.

Beberapa pemilik Mercy kuno bahkan harus memesan suku cadang dari luar negeri atau membuat sendiri suku cadang yang sudah tidak diproduksi lagi. Hal ini membutuhkan keahlian dan ketelatenan tersendiri.

Bengkel Spesialis

Untuk mengatasi masalah perawatan, para pemilik Mercy kuno biasanya mengandalkan bengkel-bengkel spesialis yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang mobil klasik. Bengkel-bengkel ini dapat membantu dalam memperbaiki kerusakan, melakukan perawatan rutin, dan mencari suku cadang yang sulit ditemukan.

MCCI juga memberikan rekomendasi bengkel yang bisa menggarap varian Mercy klasik dengan harga khusus karena kebetulan bengkel tersebut milik anggota atau simpatisan MCCI.

Daya Tarik dan Investasi

Meskipun membutuhkan perawatan yang lebih, Mercy kuno tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi para penggemar otomotif. Selain menjadi simbol sejarah dan seni, Mercy kuno juga dapat menjadi investasi yang menarik.

Nilai Sejarah dan Estetika

Mercy kuno memiliki nilai sejarah dan estetika yang tinggi. Mobil-mobil ini mewakili era otomotif yang berbeda dan memiliki desain yang khas. Bagi para kolektor, memiliki Mercy kuno berarti memiliki sepotong sejarah otomotif.

Investasi yang Menjanjikan

Harga Mercy kuno yang terawat dengan baik cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini menjadikan Mercy kuno sebagai investasi yang menjanjikan. Namun, perlu diingat bahwa investasi pada mobil klasik membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang pasar mobil klasik.

Roy Suryo dan Koleksi Mercy Kuno

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, adalah salah satu tokoh yang dikenal sebagai kolektor mobil kuno, terutama Mercedes-Benz. Roy Suryo memiliki puluhan mobil Mercy kuno di kediamannya di Yogyakarta.

Hobinya ini berawal dari keprihatinannya melihat banyak mobil favoritnya yang tidak terawat, bahkan ada yang diubah menjadi kandang ayam. Roy Suryo kemudian mulai mengumpulkan mobil Mercy untuk dibangun kembali.

Roy Suryo menyadari bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 membuat banyak orang tidak mampu merawat mobil kesayangan mereka. Ia memanfaatkan momen itu untuk mengumpulkan dan membangun kembali mobil Mercy serta merek lain.

Menurut Roy Suryo, mengoleksi dan merestorasi mobil kuno membawa kebanggaan tersendiri. Membangun kembali mobil kuno yang sudah tidak berbentuk untuk dikembalikan seperti semula membutuhkan dana yang tidak sedikit dan kesabaran dalam mencari aksesori-aksesori aslinya.

Masa Depan Mercy Kuno di Indonesia

Pesona Mercy kuno di Indonesia diperkirakan akan terus bertahan di masa depan. Semakin banyak orang yang menyadari nilai sejarah dan estetika dari mobil-mobil klasik ini. Selain itu, komunitas penggemar dan pelestari Mercy kuno juga semakin berkembang, sehingga warisan otomotif ini akan terus dilestarikan.

MCCI berencana akan mengubah syarat registrasi keanggotaan, yaitu semua orang yang menggemari Mercedes-Benz keluaran dibawah 1976 boleh bergabung di MCCI. Semakin banyak anggota akan semakin memberikan manfaat kepada masyarakat. Tujuan akhirnya, MCCI berharap nantinya bisa jadi role model bagi klub-blub otomotif lain.

Selain itu, MCCI juga akan menggelar perhelatan akbar, yaitu awards seperti mobil tercantik, paling orisinil, paling banyak kilometernya. Event tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat Indonesia hingga luar negeri bahwa mobil Mercy klasik yang ada di Indonesia ternyata bagus-bagus dan terawat.

Related Post

Tinggalkan komentar